Manajemen Kinerja Guru
Dalam
perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan mencapai
standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance
management). Dengan mengacu pada pemikiran Robert Bacal (2001) dalam bukunya Performance
Management di bawah ini akan dibicarakan tentang manajemen kinerja guru.
Robert
Bacal mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai :
“… sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan penyelia langsungnya. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikut sertakan, kalau sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer dan karyawan”.
“… sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan penyelia langsungnya. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah sistem. Artinya, ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikut sertakan, kalau sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah bagi organisasi, manajer dan karyawan”.
Dari
ungkapan di atas, maka manajemen kinerja guru terutama berkaitan erat dengan
tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan komunikasi yang berkesinambungan,
melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru di sekolahnya. Dalam
mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus dapat membangun harapan
yang jelas serta pemahaman tentang :
Fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para guru.
Fungsi kerja esensial yang diharapkan dari para guru.
1
Seberapa besar kontribusi pekerjaan
guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.melakukan pekerjaan dengan
baik”
2
Bagaimana guru dan kepala sekolah
bekerja sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun mengembangkan kinerja
guru yang sudah ada sekarang.
3
Bagaimana prestasi kerja akan
diukur.
4
Mengenali berbagai hambatan kinerja
dan berupaya menyingkirkannya.
Selanjutnya,
Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja diantaranya
meliputi perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang berkesinambungan dan
evaluasi kinerja.
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses di mana guru dan kepala sekolah bekerja sama merencanakan apa yang harus dikerjakan guru pada tahun mendatang, menentukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenali dan merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman bersama tentang pekerjaan itu.
Perencanaan kinerja merupakan suatu proses di mana guru dan kepala sekolah bekerja sama merencanakan apa yang harus dikerjakan guru pada tahun mendatang, menentukan bagaimana kinerja harus diukur, mengenali dan merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman bersama tentang pekerjaan itu.
Komunikasi
yang berkesinambungan merupakan proses di mana kepala sekolah dan guru bekerja
sama untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan kerja, hambatan dan
permasalahan yang mungkin timbul, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi
berbagai masalah, dan bagaimana kepala sekolah dapat membantu guru. Arti
pentingnya terletak pada kemampuannya mengidentifikasi dan menanggulangi
kesulitan atau persoalan sebelum itu menjadi besar.
Evaluasi
kinerja adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang merupakan proses
di mana kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi. Ini dipakai untuk menjawab
pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja seorang guru pada suatu periode tertentu
?”. Metode apapun yang dipergunakan untuk menilai kinerja, penting sekali bagi
kita untuk menghindari dua perangkap. Pertama, tidak mengasumsikan masalah
kinerja terjadi secara terpisah satu sama lain, atau “selalu salahnya guru”.
Kedua, tiada satu pun taksiran yang dapat memberikan gambaran keseluruhan
tentang apa yang terjadi dan mengapa. Penilaian kinerja hanyalah sebuah titik
awal bagi diskusi serta diagnosis lebih lanjut.
Sementara
itu, Karen Seeker dan Joe B. Wilson (2000) memberikan gambaran tentang proses
manajemen kinerja dengan apa yang disebut dengan siklus manajemen kinerja, yang
terdiri dari tiga fase yakni perencanaan, pembinaan, dan evaluasi.
Perencanaan merupakan fase pendefinisian dan pembahasan peran, tanggung jawab, dan ekpektasi yang terukur. Perencanaan tadi membawa pada fase pembinaan,– di mana guru dibimbing dan dikembangkan – mendorong atau mengarahkan upaya mereka melalui dukungan, umpan balik, dan penghargaan. Kemudian dalam fase evaluasi, kinerja guru dikaji dan dibandingkan dengan ekspektasi yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Rencana terus dikembangkan, siklus terus berulang, dan guru, kepala sekolah, dan staf administrasi , serta organisasi terus belajar dan tumbuh.
Perencanaan merupakan fase pendefinisian dan pembahasan peran, tanggung jawab, dan ekpektasi yang terukur. Perencanaan tadi membawa pada fase pembinaan,– di mana guru dibimbing dan dikembangkan – mendorong atau mengarahkan upaya mereka melalui dukungan, umpan balik, dan penghargaan. Kemudian dalam fase evaluasi, kinerja guru dikaji dan dibandingkan dengan ekspektasi yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Rencana terus dikembangkan, siklus terus berulang, dan guru, kepala sekolah, dan staf administrasi , serta organisasi terus belajar dan tumbuh.
Setiap fase
didasarkan pada masukan dari fase sebelumnya dan menghasilkan keluaran, yang
pada gilirannya, menjadi masukan fase berikutnya lagi. Semua dari ketiga fase
Siklus Manajemen Kinerja sama pentingnya bagi mutu proses dan ketiganya harus
diperlakukan secara berurut. Perencanaan harus dilakukan pertama kali, kemudian
diikuti Pembinaan, dan akhirnya Evaluasi.
Dengan tidak bermaksud mengesampingkan arti penting perencanaan kinerja dan pembinaan atau komunikasi kinerja. Di bawah ini akan dipaparkan tentang evaluasi kinerja guru. Bahwa agar kinerja guru dapat ditingkatkan dan memberikan sumbangan yang siginifikan terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja guru. Dalam hal ini, Ronald T.C. Boyd (2002) mengemukakan bahwa evaluasi kinerja guru didesain untuk melayani dua tujuan, yaitu : (1) untuk mengukur kompetensi guru dan (2) mendukung pengembangan profesional. Sistem evaluasi kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan balik untuk memenuhi berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs), dan dapat memberikan peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta mendapatkan konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidkan atau guru lainnya untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas.
Dengan tidak bermaksud mengesampingkan arti penting perencanaan kinerja dan pembinaan atau komunikasi kinerja. Di bawah ini akan dipaparkan tentang evaluasi kinerja guru. Bahwa agar kinerja guru dapat ditingkatkan dan memberikan sumbangan yang siginifikan terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja guru. Dalam hal ini, Ronald T.C. Boyd (2002) mengemukakan bahwa evaluasi kinerja guru didesain untuk melayani dua tujuan, yaitu : (1) untuk mengukur kompetensi guru dan (2) mendukung pengembangan profesional. Sistem evaluasi kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan balik untuk memenuhi berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs), dan dapat memberikan peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta mendapatkan konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidkan atau guru lainnya untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, seorang evaluator (baca: kepala sekolah atau pengawas
sekolah) terlebih dahulu harus menyusun prosedur spesifik dan menetapkan
standar evaluasi. Penetapan standar hendaknya dikaitkan dengan : (1)
keterampilan-keterampilan dalam mengajar; (2) bersifat seobyektif mungkin; (3)
komunikasi secara jelas dengan guru sebelum penilaian dilaksanakan dan ditinjau
ulang setelah selesai dievaluasi, dan (4) dikaitkan dengan pengembangan
profesional guru .
Para
evaluator hendaknya mempertimbangkan aspek keragaman keterampilan pengajaran
yang dimiliki guru. dan menggunakan berbagai sumber informasi tentang kinerja
guru, sehingga dapat memberikan penilaian secara lebih akurat. Beberapa
prosedur evaluasi kinerja guru yang dapat digunakan oleh evaluator, diantaranya
:
5
Mengobservasi kegiatan kelas
(observe classroom activities). Ini merupakan bentuk umum untuk mengumpulkan
data dalam menilai kinerja guru. Tujuan observasi kelas adalah untuk memperoleh
gambaran secara representatif tentang kinerja guru di dalam kelas. Kendati
demikian, untuk memperoleh tujuan ini, evaluator dalam menentukan hasil
evaluasi tidak cukup dengan waktu yang relatif sedikit atau hanya satu kelas.
Oleh karena itu observasi dapat dilaksanakan secara formal dan direncanakan
atau secara informal dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu sehingga dapat diperoleh
informasi yang bernilai (valuable)
6
Meninjau kembali rencana pengajaran
dan catatan – catatan dalam kelas. Rencana pengajaran dapat merefleksikan
sejauh mana guru dapat memahami tujuan-tujuan pengajaran. Peninjauan
catatan-cataan dalam kelas, seperti hasil test dan tugas-tugas merupakan
indikator sejauhmana guru dapat mengkaitkan antara perencanaan pengajaran ,
proses pengajaran dan testing (evaluasi).
7
Memperluas jumlah orang-orang yang
terlibat dalam evaluasi. Jika tujuan evaluasi untuk meningkatkan pertumbuhan
kinerja guru maka kegiatan evaluasi sebaiknya dapat melibatkan berbagai pihak
sebagai evaluator, seperti : siswa, rekan sejawat, dan tenaga administrasi.
Bahkan self evaluation akan memberikan perspektif tentang kinerjanya. Namun
jika untuk kepentingan pengujian kompetensi, pada umumnya yang bertindak
sebagai evaluator adalah kepala sekolah dan pengawas.
Setiap
hasil evaluasi seyogyanya dilaporkan. Konferensi pasca-observasi dapat
memberikan umpan balik kepada guru tentang kekuatan dan kelemahannya. Dalam hal
ini, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh evaluator : (1) penyampaian
umpan balik dilakukan secara positif dan bijak; (2) penyampaian gagasan dan
mendorong untuk terjadinya perubahan pada guru; (3) menjaga derajat formalitas
sesuai dengan keperluan untuk mencapai tujuan-tujuan evaluasi; (4) menjaga
keseimbangan antara pujian dan kritik; (5) memberikan umpan balik yang
bermanfaat secara secukupnya dan tidak berlebihan.
Sumber Bacaan :
Bacal,
Robert. 2001. Performance Management. Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar